Dari Abu Hurairah r.a. “Telah bersabda Rasulullah s.a.w. ‘Permulaan Islam itu asing, dan akan kembali asing pula, maka gembiralah orang-orang yang asing.’”
Dari Abu Hurairah r.a. “Telah bersabda Rasulullah s.a.w. ‘Permulaan Islam itu asing, dan akan kembali asing pula, maka gembiralah orang-orang yang asing.’”
Dari Huzaifah, katanya, ‘Tatkala kami berada di sisi Khalifah Umar bin Khatab r.a., bertanya Beliau, ‘Siapa diantara kalian yang pernah mendengar Rasulullah s.a.w. menyebut soal-soal sekitar fitnah (huru hara).’ Jawab hadirin, ‘Kami pernah mendengarnya,’ Kata Umar r.a., ‘Barangkali anda menyangka maksudku tentang fitnah yang bertalian dengan kerusuhan rumah tangga seseorang dan tetangganya.’ Jawab hadirin, ‘Ya.’ Kata Umar r.a. ‘Kalau fitnah itu dosanya dapat dihapuskan oleh Shalat, Puasa, dan ber Derma, yang saya maksud adalah fitnah umum yang hebat dan dasyat laksana gelombang yang menggelegar .’ Berkata Huzaifah, ‘Hadirin terdiam lalu saya menjawab, ‘Saya tuan!’ Kata Umar r.a. ‘Baiklah.’ Huzail lalu bercerita, katanya, ‘Saya dengar Rasulullah s.a.w. bersabda, ‘Akan dibentangkan fitnah dilubuk hati masyarakat ramai, kemudian bekasnya akan kelihatan. Adapun hati yang menolak fitnah itu, akan terdapat bekas titik putih licin diatasnya, Golongan ini tidaklah akan dapat dipengaruhi fitnah-fitnah itu selagi langit terbentang dan bumi terhampar (orang Mu’min selalu berpendirian yang hak, tidak dapat dipengaruhi oleh bujukan siapapun juga, Hatinya putih bersih berpegang kepada kebenaran). Adapun hati yang dapat dipengaruhinya, maka akan berjejak titik hitam pekat, atau dapat dimisalkan dengan cerek yang tertelungkup, golongan ini tidaklah dapat mengenal kebajikan, dan tidak pula akan menolak kemungkaran, selama-lamanya hanya akan menuruti keinginan hawa nafsunya (Orang yang lemah imannya segera terpengaruh, lalu menuruti bujukan hawa nafsu). Kata Huzaifah, ‘Sayaterangkan kepada Umar r.a., bahwa antara tuan dengan zaman fitnah itu, ada pintu tertutup (bahwa huru hara tersebut tidak akan terjadi pada masa pemerintahan Umar) dan hampir terpecahkan.’ Kata Umar r.a. ‘Akan terpecahkan ?’ ‘Kalaupun pintu itu terbuka saja barangkali dapat ditutup lagi.’ Jawab ku. ‘Tidak! bahkan akan terpecahkan.’ Kata Umar r.a. ‘Saya terangkan kepada Beliau, bahwa pintu itu adalah seorang laki-laki yang akan mati terbunuh.’”
. Fitnah besar yang di maksud pada hadis ini yaitu huru-hara yang akan terjadi pada zaman sesudah Khalifah Umar r.a., yaitu zaman Utsman dan seterusnya, dimana senantiasa ada huru-hara dalam negeri dan pemberontakan.
Dari Huzaifah, katanya, “Diajarkan oleh Rasulullah s.a.w. kepada kami dua buah hadis, salah satunyabtelah saya lihat kenyataannya, dan sekarang saya sedang menunggu kenyataan hadis yang kedua. Hadis yang pertama, bahwa amanat itu turun lalu masuk ke dalam hati seseorang, kemudian turun ayat Al-Qur’an sebagai pedomannya, demikian juga sunah Rasulullah s.a.w. Hadis yang kedua, tentang pencabutan amanat, kata Rasulullah s.a.w. ‘Seorang tidur sebentar lalu dicabut amanat dari hatinya, dan ditinggalkanlah bekasnya seperti titik yang kecil, kemudian ia tidur dan dicabut lagi sisa amanat itu, dan hanya sisa seperti bengkak kecil di telapak tangan yang timbul setelah mengerjakan sesuatu dengan memakai kampak atau sebagai bengkak di kaki karena menginjak bara, isinya hanya sedikit cairan. Pada masa itu kelak hampir saja tidak ada lagi amanat di dalam masyarakat sehingga dikatakan, ‘O, disana ada orang yang amanat.’ kata orang kapadanya, Alangkah sabarnya, alangkah baiknya, alangkah cerdiknya, tetapi sebenarnya bathin orang itu kosong dari keimanan. Kata Huzaifah, ‘Pada masa yang silam, zaman kejujuran itu telah kualami, sehingga saya bisa berniaga dengan siapapun, jika dengan orang muslim ia jujur karena agamanya, jika dengan orang Nasrani atau Yahudi maka kejujuran itu ada ditangan atasannya, Adapun zaman sekarang aku tidak mau lagi berniaga kecuali dengan si Anu dan si Anu (karena keamanatannya).’”
Dari Ma’qal bin Yasar Al-Muzani, katanya, “Bersabda Rasulullah s.a.w., ‘Tiap-tiap kepala pemerintahan (Penguasa) yang diberikan tugas memimpin kaum Muslimin, tetapi tidak bekerja dengan bersungguh-sungguh dan tidak memberikan petunjuk-petunjuk, maka tidaklah pemimpin itu akan masuk surga seperti kaumnya.’”
Dari Ma’qal bin Yasar Almuzani, katanya, “Saya dengar RAsulullah s.a.w. bersabda, ‘Tiap-tiap hamba Allah yang diberikan amanah untuk memimpin rakyat, namun ia curang kepada rakyatnya itu, maka Allah mengharamkan Surga baginya.’”
Dari Abu Hurairah r.a. Katanya, “Datang seseorang kepada Rasulullah s.a.w. dan bertanya, ‘Apakah yang harus saya perbuat terhadap seseorang yang datang untuk merampas harta saya ?’ Jawab Rasulullah s.a.w. ‘Jangan kamu berikan harta mu !.’ Orang itu bertanya, ‘Jika ia hendak membunuh ?.’ JAwab Rasulullah s.a.w. ‘Bunuh juga dia !’ Bertanya orang itu, ‘Kalau saya mati.’ Jawab Rasulullah s.a.w. ‘Kamu Syahid.’ Bertanya lagi orang itu, ‘Kalau dia yang mati.’ Jawab Rasulullah s.a.w. ‘Dia masuk neraka.’
Dari Abu Hurairah r.a. katanya, “bersabda Rasulullah s.a.w. ‘Kadang-kadan Syaitan itu datang kepada kamu sambil berkata, siapa yang telah menciptakan ini, menciptakan itu, sampai ia berkata, siapa yang telah menciptakan Tuhan kamu ? Apabila telah sampai seperti itu (bila terlintas dalam hati seseorang mengenai siapa yang telah menciptakan Tuhan itu) maka mintalah perlindungan Allah S.W.T. daripadanya dan usirlah bisikan itu.’”
Dari Abdullah, katanya, “Rasulullah s.a.w. ditanhya tentang hukum bisikan hati (was was) yang berhubungan dengan keimanan, Jawab Rasulullah s.a.w., ‘Itu hanya semata-mata iman'.’”
Dari Abu Hurairah r.a. Katanya, “Datanglah beberapa orang dan sahabat Rasulullah s.a.w. dan bertanya kepada Beliau, ‘Kadang-kadang kami merasa bahwa ada bisikan hati kami yang sangat berat untuk dikatakan.’ Bertanya Rasulullah s.a.w. ‘Apakah hal tersebut menimpa kalian ?’ Jawab para sahabat itu ‘Ya!’ Rasulullah bersabda, ‘Itu hanya menunjukkan iman yang sebenarnya.’”
. Rasa was-was tidak merusak keimanan
Dari Ibnu Syumasah, katanya, “Kami Hadir ketika keadaan Amr bin Ash hampir meninggal dunia, ia lama menangis sambil menghadapkan mukanya ke dinding. Kata Anaknya, "’Bukankah bapak telah di gembirakan oleh Rasulullah s.a.w. dengan ini dan itu ?’ Perkataan itu diulangi sampai dua kali. Amr lalu menghadapkan mukanya sambil berkata, ‘Sesungguhnya seutamanya persiapan kita untuk Akhirat ialah dua kalimat syahadat, aku ini telah melalui tiga jaman, pernah aku sebagai orang yang paling benci kepada Rasulullah s.a.w. sehinga ada keinginanku yang paling besar ialah niat membunuhnya, Andaikata akku mati diwaktu itu tentulah aku ini ahli neraka. Setelah Allah S.W.T. menanamkan rasa cinta didalam hatiku kepada Islam, kudatangi Rasulullah s.a.w. seraya berkata kepadanya, ‘Ulurkan tangan mu wahai Rasulullah s.a.w. untuk ku bai’at.’ Maka Rasulullah s.a.w. mengulurkan tangannya tetapi saya tetap menggenggam tangan ku, Rasulullah s.a.w. berkata, ‘Mengapa kamu Amr ?’ Jawabku, ‘Aku akan masuk Islam Dengan syarat.’ Kata Rasulullah s.a.w. ‘Syarat apa ?.’ Jawabku, ‘Supaya Allah S.W.T. mengampuni dosa ku.’ kata Rasulullah s.a.w. ‘Apakah kamu belum tahu bahwa Islam itu menghapuskan dosa sebelumnya ? Hijrah menghapuskan dosa sebelumnya dan Haji menghapuskan dosa sebelumnya juga.’ Kata Amr, ‘Sejak itu tidak ada orang yang lebih aku cintai dari pada Rasulullah s.a.w. dan tidak ada pula yang lebih mulia dimataku lebih dari beliau, dan karena untuk memuliakannya, aku tidak kuasa untuk bertatap mata dengan Beliau, tidaklah aku dapat menerangkan dengan tepat, karena belum sekali pun juga aku bertatapan mata dengan Beliau. Andai kata aku mati pada saat itu, besar harapanku akan dapat masuk surga. Kemudian dari zaman itu telah banyaklah pekerjaan-pekerjaan yang kulakukan sehingga aku dapat menduga apa yang kan terjadi atas diriku kelak, karenanya jika aku telah wafat janganlah jenazahku diikuti oleh perempuan-perempuan yang meraung-raung meratapiku, atau diiringi dengan api. Apabila aku telah dikuburkan, maka ratakan tanah diatasnya, kemudian tunggulah sebentar sekedar masa menyembelih unta dan membagi-bagi dagingnya, sampai hilang kesepian ku, dan sementara aku berfikir, dangan apa akan aku jawab pertanyaan Mungkar dan Nakir.’”
Dari Hakim bin Nizam, katanya, “Bahwa ia bertanya kepada Rasulullah s.a.w. ‘Terangkanlah kepada saya tentang hukum pekerjaan ibadat pada zaman jahiliyah, adakah saya akan mendapat ganjaran dari pada pekerjaan itu ?’ Jawab Rasulullah s.a.w. ‘Anda masuk Islam bersama-sama dengan amalmu yang baik sebelumnya.’”
Dari Ibnu Abbas katanya, ‘Ketika turun ayat : ‘Meskipun kamu nyatakan, atau sembunyikan apa yang dikandung dihatimu, namun Allah akan memperhitungkannya (Surah Al-Baqarah ayat 283).’ maka gelisahlah para sahabat Rasulullah s.a.w. (karena bingung menghidari bisikan hati), berkata Rasulullah s.a.w. ‘Katakanlah ! Kami dengar dan akan kami Taati.’ Kata Ibnu Abbas, ‘Maka Allah S.W.T. memasukkan iman kedalam hati mereka itu, dan kemudian turun juga ayat, ‘Allah tidak akan memaksakan kepada diri hambanya diluar kemampuannya, baik atau buruk yang dilakukannya berakibat untung atau rugi baginya. Ya Tuhan! Janganlah kami diberatkan dengan beban sebagaimana Engkau telah membebankan kepada umat-umat sebelum kami. Ampuni dan kasihanilah kami. Engaku Tuhan kami .’ Kata Abdullah bin Abbas, ‘Apa yang berkenan dengan doa-doa di dalam ayat ini, Allah S.W.T. telah berkata, Permohonan kamu telah Kukabulkan.’”
. Qur’an Surah Al-Baqarah ayat 284
Dari Abu Hurairah r.a. katanya, ‘Bersabda Rasulullah s.a.w. ‘Sesungguhnya Allah S.W.T. tidak akan memperhitungkan bisikan yang jahat di dalam hati seseorang, selagi orang itu tidak melaksanakan lisan atau perbuatan.’”
Dari Abu Hurairah r.a. katanya, “Bersabda Rasulullah s.a.w. ‘Berkata Allah S.W.T ‘Apabila HambaKu berniat akan mengerjakan suatu kebaikan, maka kutuliskan satu kebaikan walaupun belum dikerjakan apa yang diniatkannya, dan apabila telah dikerjakannya maka akan Aku tuliskan sepuluh kali. Apabila ia akan berniat Keburukan maka Aku mengampuni niatnya selama belum dikerjakan niat buruknya, dan apabila telah dikerjakan keburukan apa yang ia niatkan maka akan Aku tuliskan satu keburukan.’ Berkata Malaikat, ‘Ya Allah! itu hambaMu ingin berbuat jahat! (sedangkan Allah sebenarnya mengetahui).’ Berkata Allah S.W.T. ‘Perhatikanlah dia, apabila dikerjakannya maka tuliskanlah satu kejahatan, dan apabila dia membatalkan niatnya, maka tulislah satu kebajikan, karena perbuatan itu di urungkannya sebab takut kepada Aku.’ Selanjutnya Rasulullah s.a.w. Bersabda, ‘Apabila telah baik ke-Islaman seseoranng dari padamu, maka tiap kebajikan yang telah dikerjakannya ditulis sepuluh kali sampai tujuh ratus lipat ganda, dari tiap-tiap keburukan yang dikerjakannya ditulis sekali saja sampai matinya.’”